Asal usul orang Nias seringkali menjadi bahan polemik diantara orang-orang Nias, karena hingga saat ini terlalu benyak versi mengenai ASAL USUL ORANG NIAS, dan belum ada satupun diantara pendapat para ahli / para penulis yang dapat dijadikan sebagai suatu yang mutlak kebenarannya yang dapat diterima dan dipercayai oleh orang-orang Nias.
Oleh karena itu saya merasa terpanggil untuk menyajikan tulisan ini, yang merupakan rangkuman hasil pengalaman saya dari tua-tua Adat Nias, sebagai pemicu semangat orang-orang Nias agar menelusuri terus tentang asal usul kita. Menurut Legenda yang sangat dipercayai oleh sebagian masyarakat Nias terutama yang tinggal di pedesaan, bahwa asal usul orang Nias adalah diturunkan dari langit (NIDADA MOROI BA LANGI). Hal ini dilatarbelangi oleh keterbatasan pemahaman / pengetahuan mereka mengenai ilmu pengetahuan, sehingga beranggapan bahwa didunia ini hanya ada satu daratan yaitu hanya daratan Pulau Nias atau TANÖ NIHA, itulah sebabnya orang Nias menyebut dirinya sebagai ONO NIHA. Mengingat sebagian istilah dalam bahasa Niasnya kurang tepat apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, maka saya menuliskannya dalam Bahasa Daerah Nias, dan pada penekanan-penekanan tertentu saya juga akan menuliskan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Dan setiap tahapan tertentu saya akan memetik suatu makna yang terkandung didalamnnya, yang dapat menjadi bahan renungan / pembelajaran bagi kita. CERITA SELENGKAPNYA ADALAH SEBAGAI BERIKUT :: Ketika Raja Sirao sudah mulai tua, maka ia pusing tujuh keliling, karena ke 9 orang anak-anaknya semuanya ingin menjadi pengganti Sirao sebagai Raja. Ke sembilan anak Sirao adalah sebagai berikut : 1. Tuada Bawuadanỡ 2. Tua Zangarỡfa 3. Tua Bela 4. Tua Simanga Buaweto Alitỡ 5. Tua Samadu Sonamo Dalỡ 6. Hia Walangi Adu 7. Gỡzỡ Hela-hela Danỡ 8. Daeli Sanau Talinga 9. Luo Mewỡna Lalu Sirao memanggil / mengumpulkan ke-9 orang anak-anaknya, mengatakan bahwa : Siapa yang akan menggantikan posisinya sebagai raja, dia akan mempunyai tanda-tanda, yaitu “ Barang Siapa diantara ke-9 anak-anaknya, yang dapat menari seperti burung rajawali atau seperti burung elang diatas ujung tombak khusus sang Raja, maka dialah yang akan menggantikan Sirao sebagai Raja. Makna / pelajaran yang dapat dipetik : Nenek moyang orang Nias, sudah sejak dahulu menganggap dirinyaØ sebagai anak raja, sehingga sangat tersinggung dan marah apabila ada yang mengatakan orang Nias ada yang menjadi budak, karena prinsipnya adalah : “ FAOMA ITA ONO NAMADA”, artinya kita adalah sama-sama berasal dari keturunan orang terhormat. Hal ini membuat orang Nias selalu menjaga sikap / perilakunya dilingkungan dimana ia berada. Namun hal ini pula yang membuat kita kadang-kadang terkesan angkuh / sombong. Tuan Bawuadanỡ putra Raja Sirao yang ke-1, menjawab bahwa karena ia putra yang pertama, maka dialah yang berhak menjadi raja menggantikan Sirao ayahnya setelah meninggal kelak. Lalu Sirao menyuruh Bawuadanỡ, menari diatas ujung tombak dan ternyata ia gagal, dan karena itu maka Bawuadanỡ diturunkan ke bumi yang luas, dan jatuh ditengah-tengah pusaran bumi, sehingga ia menjadi PENOPANG BUMI. Itulah sebabnya dalam kepercayaan orang tua-tua dulu, melarang seseorang untuk mengucapkan Sumpah Palsu dengan menyebutkan nama Tuada Bawua Danỡ, sebab ia akan marah kalau seseorang melakukan sumpah palsu dengan menyebut namanya, sehingga orang tersebut dalam waktu yang tidak terlalu lama pasti akan mendapatkan hukuman yaitu Kematian. Makna / pelajaran yang dapat dipetik : Nenek moyang orang Nias, sudah sejak dahulu mengenal dan mengutamakanØ kejujuran (tidak berdusta atau berkata bohong), sebab kalau tidak jujur maka akan mendapatkan hukuman yaitu Kematian. Setelah Tuan Bawuadanỡ diturunkan ke bumi, maka putra Raja Sirao yang ke-2 yaitu Tuan Zangarỡfa melompat sambil mengatakan bahwa karena ia putra ke-2, maka dialah yang berhak menjadi raja menggantikan ayahnya Sirao, apabila Sirao meninggal dunia kelak. Dan iapun gagal, sama seperti abangnya Bawuadanỡ, dan karena itu iapun diturunkan ke bumi yang luas dan jatuh ditengah-tengan air sehingga ia menjadi PENGUASA AIR. Itulah sebabnya dalam kepecayaan orang tua-tua dulu, dilarang membuang air besar di sungai soalnya Tua Zangarỡfa akan marah karena sumber airnya kotor. Akibatnya dapat menyebabkan kecelakaan / hanyut (Ahani) kalau menyeberangi sungai saat banjir (Mangỡtỡ Molỡ) atau tidak mendapatkan ikan (Lỡ ahulu) kalau hendak memancing atau menjala atau mencari ikan di Sungai. Makna / pelajaran yang dapat dipetik : Nenek moyang orang Nias, sudah sejak dahulu mengenal dan mengutamakanØ kebersihan, sebab kalau tidak maka akan mendapatkan hukuman yaitu Hidup Tidak beruntung (sial). Setelah Tuan Zangarỡfa diturunkan ke bumi, maka putra Raja Sirao yang ke-3 yaitu Tuan Bela, mencoba namun iapun gagal, sama seperti abangnya Tuan Zangarỡfa dan karena itu iapun diturunkan ke bumi yang luas dan jatuh diatas pohon yang besar sehingga ia menjadi PENGUASA POHON. Itulah sebabnya dalam kepecayaan orang tua-tua dulu, Dilarang keluar rumah kalau sedang hujan campur panas (Teu Sino) dan setelah teu sino biasanya akan dilanjutkan dengan angina kencang dan hujan lebat, sebab Tuada Bela sedang marah karena hutannya banyak yang dirusak, sehingga ia kekurangan tempat berteduh. Orang yang keluar rumah saat itu bisa-bisa sakit atau Tesafo, dan akibat hujan deras beserta angin kencang maka menyebabkan pepohonan bertumbangan dan banjir. Makna / pelajaran yang dapat dipetik : Nenek moyang orang Nias, sudah sejak dahulu mengenal masalahØ kesehatan dan menjaga kelestarian lingkungan sebab kalau tidak maka akan mendapatkan hukuman yaitu Penyakit dan Bencana Alam. Setelah Tuan Bela diturunkan ke bumi, maka putra Raja Sirao yang ke-4 yaitu Tuan Simanga Bua Weto Alitỡ, mencoba namun iapun gagal, sama seperti abangnya Tuan Bela dan karena itu iapun diturunkan ke bumi yang luas dan jatuh diatas batu yang besar sehingga ia menjadi GURU BLACK MAGIC di Nias. Tuada Simanga Bua Weto Alitỡ dipercayai sebagai kakeknya Laowỡmaru, yang punya cita-cita menghubungkan dataran Nias dengan Dataran Sumatera namun tidak sempat karena dia keburu meninggal. Makna / pelajaran yang dapat dipetik : Nenek moyang orang Nias, sudah sejak dahulu sudah dapat membedakanØ mana yang baik dan mana yang jahat, dan mengajarkannya kepada anak-anaknya sebab kalau berbuat jahat maka akan mendapatkan hukuman yaitu : Umur tidak panjang dan cita-cita tidak pernah tercapai. Setelah Tuan Simanga Bua Weto Alitỡ diturunkan ke bumi, maka putra Raja Sirao yang ke-5 yaitu Tuan Samadu Sonamo Dalỡ, mencoba namun iapun gagal, sama seperti abangnya Tuan Simanga Bua Weto Alitỡ dan karena itu iapun diturunkan ke bumi yang luas dan jatuh diatas puncak Gunung Gui-gui (yang merupakan salah satu gunung tertingggi di Nias) sehingga ia menjadi GURU PARA DUKUN DAN TUKANG RAMAL di Nias. Tuan Samadu Sonamo Dalỡ, dipercayai sebagai gurunya para Dukun dan Tukang Ramal dapat menyembuhkan orang sakit karena bala/guna-guna dan dapat meramal nasib seseorang Makna / pelajaran yang dapat dipetik : Nenek moyang orang Nias, sudah sejak dahulu mengenal cara-caraØ pengobatan tradisional dan cara meramal nasib, tapi harus digunakan untuk menolong sesama bukan untuk menyakiti orang lain. Setelah Tuan Samadu Sonamo Dalỡ diturunkan ke bumi, maka putra Raja Sirao yang ke-6 yaitu Tuan Hia Walangi Adu, Tuan Hia Walangi Luo, mencoba namun iapun gagal, sama seperti abangnya Tuan Samadu Sonamo Dalỡ dan karena itu iapun diturunkan ke bumi yang luas dan jatuh daerah Gomo.Dan setelah Tuan Hia diturunkan ke bumi, maka bumi Nias di bagian Selatan menjadi miring. Setelah Tuan Hia Walangi Adu, Tuan Hia Walangi Luo diturunkan ke bumi, maka putra Raja Sirao yang ke-7 yaitu Tuan Gỡzỡ Hela-hela Danỡ, mencoba namun iapun gagal, sama seperti abangnya Tuan Hia Walangi Adu, Tuan Hia Walangi Luo dan karena itu iapun diturunkan ke bumi yang luas dan jatuh daerah bagian Utara Pulau Nias. Dan setelah Tuan Gỡzỡ Hela-hela Danỡ diturunkan ke bumi, maka bumi Nias melengkung. Setelah Tuan Gỡzỡ Hela-hela Danỡ diturunkan ke bumi, maka putra Raja Sirao yang ke-8 yaitu Tuan Daeli Sanau Talinga, Tuan Daeli Sanau Tumbo, mencoba namun iapun gagal, sama seperti abangnya Tuan Gỡzỡ Hela-hela Danỡ, dan karena itu iapun diturunkan ke bumi yang luas dan jatuh di Tỡla Maera Talu Nidanoi. Dan oleh karena Tuan Daeli merupakan anak kesayangan dari Tuan Sirao, maka ketika Tuan Daeli diturunkan ke bumi Tanỡ Niha bersamanya diikutsertakan Seperangkat Perhiasan Emas dan Perak, Peralatan Tombak dan Pedang serta berbagai Alat Timbangan. Dan setelah Tuan Daeli diturunkan ke bumi, maka bumi Nias menjadi rata dan tidak lagi melengkung. Pada akhirnya satu-satunya Keturunan Tuan Sirao yang tinggal diatas langit yaitu Tuan Luo Mewỡna, yang dipercayai sebagai penguasa Matahari dan Bulan, sehingga kalau hujan turun berarti Tuan Luo Mewỡna sedang bersedih hati, dan kalau bulan purnama yang cerah berarti Tuan Luo Mewỡna sedang senang hati / bergembira.
Oleh karena itu saya merasa terpanggil untuk menyajikan tulisan ini, yang merupakan rangkuman hasil pengalaman saya dari tua-tua Adat Nias, sebagai pemicu semangat orang-orang Nias agar menelusuri terus tentang asal usul kita. Menurut Legenda yang sangat dipercayai oleh sebagian masyarakat Nias terutama yang tinggal di pedesaan, bahwa asal usul orang Nias adalah diturunkan dari langit (NIDADA MOROI BA LANGI). Hal ini dilatarbelangi oleh keterbatasan pemahaman / pengetahuan mereka mengenai ilmu pengetahuan, sehingga beranggapan bahwa didunia ini hanya ada satu daratan yaitu hanya daratan Pulau Nias atau TANÖ NIHA, itulah sebabnya orang Nias menyebut dirinya sebagai ONO NIHA. Mengingat sebagian istilah dalam bahasa Niasnya kurang tepat apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, maka saya menuliskannya dalam Bahasa Daerah Nias, dan pada penekanan-penekanan tertentu saya juga akan menuliskan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Dan setiap tahapan tertentu saya akan memetik suatu makna yang terkandung didalamnnya, yang dapat menjadi bahan renungan / pembelajaran bagi kita. CERITA SELENGKAPNYA ADALAH SEBAGAI BERIKUT :: Ketika Raja Sirao sudah mulai tua, maka ia pusing tujuh keliling, karena ke 9 orang anak-anaknya semuanya ingin menjadi pengganti Sirao sebagai Raja. Ke sembilan anak Sirao adalah sebagai berikut : 1. Tuada Bawuadanỡ 2. Tua Zangarỡfa 3. Tua Bela 4. Tua Simanga Buaweto Alitỡ 5. Tua Samadu Sonamo Dalỡ 6. Hia Walangi Adu 7. Gỡzỡ Hela-hela Danỡ 8. Daeli Sanau Talinga 9. Luo Mewỡna Lalu Sirao memanggil / mengumpulkan ke-9 orang anak-anaknya, mengatakan bahwa : Siapa yang akan menggantikan posisinya sebagai raja, dia akan mempunyai tanda-tanda, yaitu “ Barang Siapa diantara ke-9 anak-anaknya, yang dapat menari seperti burung rajawali atau seperti burung elang diatas ujung tombak khusus sang Raja, maka dialah yang akan menggantikan Sirao sebagai Raja. Makna / pelajaran yang dapat dipetik : Nenek moyang orang Nias, sudah sejak dahulu menganggap dirinyaØ sebagai anak raja, sehingga sangat tersinggung dan marah apabila ada yang mengatakan orang Nias ada yang menjadi budak, karena prinsipnya adalah : “ FAOMA ITA ONO NAMADA”, artinya kita adalah sama-sama berasal dari keturunan orang terhormat. Hal ini membuat orang Nias selalu menjaga sikap / perilakunya dilingkungan dimana ia berada. Namun hal ini pula yang membuat kita kadang-kadang terkesan angkuh / sombong. Tuan Bawuadanỡ putra Raja Sirao yang ke-1, menjawab bahwa karena ia putra yang pertama, maka dialah yang berhak menjadi raja menggantikan Sirao ayahnya setelah meninggal kelak. Lalu Sirao menyuruh Bawuadanỡ, menari diatas ujung tombak dan ternyata ia gagal, dan karena itu maka Bawuadanỡ diturunkan ke bumi yang luas, dan jatuh ditengah-tengah pusaran bumi, sehingga ia menjadi PENOPANG BUMI. Itulah sebabnya dalam kepercayaan orang tua-tua dulu, melarang seseorang untuk mengucapkan Sumpah Palsu dengan menyebutkan nama Tuada Bawua Danỡ, sebab ia akan marah kalau seseorang melakukan sumpah palsu dengan menyebut namanya, sehingga orang tersebut dalam waktu yang tidak terlalu lama pasti akan mendapatkan hukuman yaitu Kematian. Makna / pelajaran yang dapat dipetik : Nenek moyang orang Nias, sudah sejak dahulu mengenal dan mengutamakanØ kejujuran (tidak berdusta atau berkata bohong), sebab kalau tidak jujur maka akan mendapatkan hukuman yaitu Kematian. Setelah Tuan Bawuadanỡ diturunkan ke bumi, maka putra Raja Sirao yang ke-2 yaitu Tuan Zangarỡfa melompat sambil mengatakan bahwa karena ia putra ke-2, maka dialah yang berhak menjadi raja menggantikan ayahnya Sirao, apabila Sirao meninggal dunia kelak. Dan iapun gagal, sama seperti abangnya Bawuadanỡ, dan karena itu iapun diturunkan ke bumi yang luas dan jatuh ditengah-tengan air sehingga ia menjadi PENGUASA AIR. Itulah sebabnya dalam kepecayaan orang tua-tua dulu, dilarang membuang air besar di sungai soalnya Tua Zangarỡfa akan marah karena sumber airnya kotor. Akibatnya dapat menyebabkan kecelakaan / hanyut (Ahani) kalau menyeberangi sungai saat banjir (Mangỡtỡ Molỡ) atau tidak mendapatkan ikan (Lỡ ahulu) kalau hendak memancing atau menjala atau mencari ikan di Sungai. Makna / pelajaran yang dapat dipetik : Nenek moyang orang Nias, sudah sejak dahulu mengenal dan mengutamakanØ kebersihan, sebab kalau tidak maka akan mendapatkan hukuman yaitu Hidup Tidak beruntung (sial). Setelah Tuan Zangarỡfa diturunkan ke bumi, maka putra Raja Sirao yang ke-3 yaitu Tuan Bela, mencoba namun iapun gagal, sama seperti abangnya Tuan Zangarỡfa dan karena itu iapun diturunkan ke bumi yang luas dan jatuh diatas pohon yang besar sehingga ia menjadi PENGUASA POHON. Itulah sebabnya dalam kepecayaan orang tua-tua dulu, Dilarang keluar rumah kalau sedang hujan campur panas (Teu Sino) dan setelah teu sino biasanya akan dilanjutkan dengan angina kencang dan hujan lebat, sebab Tuada Bela sedang marah karena hutannya banyak yang dirusak, sehingga ia kekurangan tempat berteduh. Orang yang keluar rumah saat itu bisa-bisa sakit atau Tesafo, dan akibat hujan deras beserta angin kencang maka menyebabkan pepohonan bertumbangan dan banjir. Makna / pelajaran yang dapat dipetik : Nenek moyang orang Nias, sudah sejak dahulu mengenal masalahØ kesehatan dan menjaga kelestarian lingkungan sebab kalau tidak maka akan mendapatkan hukuman yaitu Penyakit dan Bencana Alam. Setelah Tuan Bela diturunkan ke bumi, maka putra Raja Sirao yang ke-4 yaitu Tuan Simanga Bua Weto Alitỡ, mencoba namun iapun gagal, sama seperti abangnya Tuan Bela dan karena itu iapun diturunkan ke bumi yang luas dan jatuh diatas batu yang besar sehingga ia menjadi GURU BLACK MAGIC di Nias. Tuada Simanga Bua Weto Alitỡ dipercayai sebagai kakeknya Laowỡmaru, yang punya cita-cita menghubungkan dataran Nias dengan Dataran Sumatera namun tidak sempat karena dia keburu meninggal. Makna / pelajaran yang dapat dipetik : Nenek moyang orang Nias, sudah sejak dahulu sudah dapat membedakanØ mana yang baik dan mana yang jahat, dan mengajarkannya kepada anak-anaknya sebab kalau berbuat jahat maka akan mendapatkan hukuman yaitu : Umur tidak panjang dan cita-cita tidak pernah tercapai. Setelah Tuan Simanga Bua Weto Alitỡ diturunkan ke bumi, maka putra Raja Sirao yang ke-5 yaitu Tuan Samadu Sonamo Dalỡ, mencoba namun iapun gagal, sama seperti abangnya Tuan Simanga Bua Weto Alitỡ dan karena itu iapun diturunkan ke bumi yang luas dan jatuh diatas puncak Gunung Gui-gui (yang merupakan salah satu gunung tertingggi di Nias) sehingga ia menjadi GURU PARA DUKUN DAN TUKANG RAMAL di Nias. Tuan Samadu Sonamo Dalỡ, dipercayai sebagai gurunya para Dukun dan Tukang Ramal dapat menyembuhkan orang sakit karena bala/guna-guna dan dapat meramal nasib seseorang Makna / pelajaran yang dapat dipetik : Nenek moyang orang Nias, sudah sejak dahulu mengenal cara-caraØ pengobatan tradisional dan cara meramal nasib, tapi harus digunakan untuk menolong sesama bukan untuk menyakiti orang lain. Setelah Tuan Samadu Sonamo Dalỡ diturunkan ke bumi, maka putra Raja Sirao yang ke-6 yaitu Tuan Hia Walangi Adu, Tuan Hia Walangi Luo, mencoba namun iapun gagal, sama seperti abangnya Tuan Samadu Sonamo Dalỡ dan karena itu iapun diturunkan ke bumi yang luas dan jatuh daerah Gomo.Dan setelah Tuan Hia diturunkan ke bumi, maka bumi Nias di bagian Selatan menjadi miring. Setelah Tuan Hia Walangi Adu, Tuan Hia Walangi Luo diturunkan ke bumi, maka putra Raja Sirao yang ke-7 yaitu Tuan Gỡzỡ Hela-hela Danỡ, mencoba namun iapun gagal, sama seperti abangnya Tuan Hia Walangi Adu, Tuan Hia Walangi Luo dan karena itu iapun diturunkan ke bumi yang luas dan jatuh daerah bagian Utara Pulau Nias. Dan setelah Tuan Gỡzỡ Hela-hela Danỡ diturunkan ke bumi, maka bumi Nias melengkung. Setelah Tuan Gỡzỡ Hela-hela Danỡ diturunkan ke bumi, maka putra Raja Sirao yang ke-8 yaitu Tuan Daeli Sanau Talinga, Tuan Daeli Sanau Tumbo, mencoba namun iapun gagal, sama seperti abangnya Tuan Gỡzỡ Hela-hela Danỡ, dan karena itu iapun diturunkan ke bumi yang luas dan jatuh di Tỡla Maera Talu Nidanoi. Dan oleh karena Tuan Daeli merupakan anak kesayangan dari Tuan Sirao, maka ketika Tuan Daeli diturunkan ke bumi Tanỡ Niha bersamanya diikutsertakan Seperangkat Perhiasan Emas dan Perak, Peralatan Tombak dan Pedang serta berbagai Alat Timbangan. Dan setelah Tuan Daeli diturunkan ke bumi, maka bumi Nias menjadi rata dan tidak lagi melengkung. Pada akhirnya satu-satunya Keturunan Tuan Sirao yang tinggal diatas langit yaitu Tuan Luo Mewỡna, yang dipercayai sebagai penguasa Matahari dan Bulan, sehingga kalau hujan turun berarti Tuan Luo Mewỡna sedang bersedih hati, dan kalau bulan purnama yang cerah berarti Tuan Luo Mewỡna sedang senang hati / bergembira.
===Dikutip dari berbagai sumber
1 komentar:
Casino Bonus Codes 2021
The casino 룰렛 프로그램 has 총판 some of the best promotions, bonuses, games and banking options for players to choose from. These 강원 랜드 여자 games also offer a large variety of welcome RTP: 96.5%Min Deposit: Rp.15 포커 고수 - €50Online Since: 2015Bonus 벳인포해외배당흐름 Type: Mobile
Posting Komentar